Sunday, 18 July 2010

pilih salah satu!

Konon, meskipun hidup itu awalnya bukan pilihan, hidup itu ga bisa lepas dari pilihan. Kadang-kadang, pilihan-pilihan yang tersedia itu ga ada yang tampak bagus, sehingga yang akhirnya dipilih adalah yang paling mending. Jarang-jarang, pilihan yang ada justru malah semuanya tampak bagus, sehingga mau milih pun jadi bingung. Tapi yang paling sering adalah situasi di mana orang bisa mengklaim kalau mereka "ga punya pilihan", tapi toh mau ga mau tetep harus milih.

Memilih itu gampang-gampang susah. Gampang, kalau udah tau apa yang mau dipilih. Kalau belum, ya lain cerita. Memilih itu bisa jadi keharusan, tapi bisa juga jadi hak. Yang bagi gue menyebalkan ketika "harus" memilih adalah, dari sekian banyak pilihan yang ada, cuma ada satu yang bisa diambil. Padahal itu sebuah konsekuensi yang sangat logis, tapi tetep aja most of the time gue akan berkelit dengan alasan, "gue kan orangnya terbiasa multitasking!". Hahaha.

Pergi ke Bangkok ini juga sebuah pilihan, sekaligus sebuah konsekuensi.

Waktu menghadap Dekan buat minta surat rekomendasi, gw mendapat satu pertanyaan yang paling dibenci mahasiswa tingkat akhir: "Kamu mau lulus kapan?". Pertanyaan itu gue jawab dengan mantap, "Deadline saya Oktober 2011, Pak." Tapi begitu ditanya lagi, "Itu sudah termasuk kamu (ikutan) exchange ini, belum?", gue cuma bisa nyengir asem dan bilang, "Kan belum tentu dapet, pak..."

Syahdan, gue ternyata ditakdirkan berjodoh dengan Bangkok. Rencana garis waktu kuliah pun "terpaksa" dirombak. Gue menunda job training alias magang di media massa cetak sampai tahun depan, sambil harap-harap bakal ada lowongan di koran berbahasa Inggris di ibukota. Sebelumnya, gue memilih untuk magang pas liburan, dan menghabiskan semester genap untuk kuliah penuh waktu. Konsekuensi yang paling jelas adalah, tentu saja, tidak lulus tepat waktu... yang rasanya tidak lagi biasa-biasa saja ketika dua sahabat gue lulus kuliah bareng-bareng tanpa gue.

Siap-siap pergi sekolah di negeri orang berarti berkutat dengan banyak pilihan. Pergi naik maskapai apa, tanggal berapa? Tinggal di mana, apartemen yang seperti apa? Ke kampus nanti naik apa? Sebelum dapet apartemen, numpang di mana, sama siapa? Apa aja yang masuk koper, apa yang dibeli di sana?

Kurang dari tiga minggu sebelum keberangkatan, satu demi satu pilihan pun diambil. Tiket Jakarta-Bangkok sudah dibeli, meskipun agak ga rela bayar 1,1 juta buat AirAsia. Daftar apartemen potensial sudah disusun dan siap dijelajahi di tempat. Calon laptop baru juga udah dipilih-pilih berdasarkan spesifikasi impian yang sesuai dengan anggaran.

Dan... seperti halnya dalam film-film, saudara-saudara... konflik pun muncul. Lucunya, gue udah sempat membayangkan kalau hal ini bakal terjadi, bahkan menulis tentangnya di blog ini. Sayangnya, gue ga sampai membayangkan akhir yang bahagia.

Sebenarnya, konflik ini adalah kejutan yang menyenangkan. Perjalanan ke Kairo, Mesir, selama seminggu dalam rangka International Youth Forum, my very kind of trip. Sebagai hadiah lomba esai dari sebuah organisasi (yang bakal gue wakili dalam youth forum), perjalanan ini sepenuhnya gratis! Yang bikin perjalanan ini berkonflik adalah tanggal pelaksanaannya, 3-14 Agustus 2010, karena kuliah gue di Bangkok dimulai pada tanggal 9 Agustus! Plus, gue harus berangkat bersama-sama rombongan organisasinya, dari dan ke Jakarta. Huhuhu...

Berbagai pilihan pun bermunculan di kepala gue, menanti untuk dipilih. Gue bisa memilih untuk nekat berangkat ke Kairo. Itu berarti gue harus bolos kuliah minggu pertama, menjadwal ulang keberangkatan ke Bangkok, yang bakal berdampak fatal terhadap tiket pesawat dan visa yang udah beres diurus. Atau gue bisa memilih untuk stick to plan A, dan melupakan bayangan untuk melihat piramid selain dari yang ada di iklan cemilan wafer, tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun untuk bisa sampai ke sana...

Sialnya, gue ga punya banyak waktu untuk memilih. Tiket Jakarta-Bangkok gue tertanggal tepat akhir bulan ini, ulang tahun Harry Potter yang ke-tigapuluh. Dan tanggal itu tinggal dua minggu dari sekarang. Dalam jangka waktu segitu, masih banyak hal yang harus diurus sebelum berangkat, dan gue ga bakal kembali ke Indonesia sampai Januari tahun depan. Plus, gue juga masih butuh waktu untuk pemulihan, setelah dikirim menginap lima hari di rumah sakit sama si nyamuk belang.

Terlepas dari apa pilihan-pilihan yang udah diambil, gue berusaha menikmati setiap konsekuensinya. Toh, it might not be as enjoyable if I have it in any other way. Dan untuk menikmati konsekuensi, itu juga sebuah pilihan...

0 feedbacks:

Post a Comment