Visa, selain paspor dan tiket pesawat, adalah satu hal yang bakal paling menyita perhatian dalam persiapan perjalanan ke luar negeri. Visa jugalah yang dulu membuat gue beranggapan kalau ke luar negeri itu luar biasa ribet dan mahalnya.
Untunglah, sebagai warga negara Indonesia, gue bisa menikmati bebas visa untuk 30 hari di sejumlah negara, termasuk di dalamnya negara-negara ASEAN. Perjalanan ke Singapura dan Malaysia pun bisa berlangsung mulus tanpa bikin visa dulu: cukup kasih tunjuk paspor di bagian imigrasi bandara setempat, langsung deh dapet cap visa
social visit, gratis! Oh ya, sebelum awal Juni 2010, para pemegang paspor Indonesia masih harus bayar 25 dolar untuk dapat
visa on arrival Kamboja. Sekarang? Sudah gratis juga dong, cihuy!
Tidak untungnya, untuk kasus gue yang bakal kuliah satu semester di Bangkok, pengurusan visa ternyata masih dibutuhkan. Cek punya cek, gue harus ngurus visa non-imigran kategori
Education. Visa ini punya dua macam masa berlaku; tiga bulan dan satu tahun. Lah, kan kuliah efektif gue aja lamanya empat bulan? Nah, ternyata oh ternyata, yang bisa gue pilih adalah yang tiga bulan, terus satu bulan sebelum masa berlakunya habis harus diperpanjang. Oke, kedengarannya ga susah... yuk mari siap-siap bikin visa!
Entah ini untung atau bukan, tapi seperti kata iklan kosmetik, pengalaman mengajariku segalanya. Setelah sebelumnya buta total sama urus-mengurus visa, pengalaman ngurus Visa Schengen di Kedutaan Besar Jerman dua bulan lalu langsung menyisakan kenangan pedih dan duka lara tiada tara.
Lesson learned: bikin visa itu tidak luar biasa ribet dan mahal. Hanya luar biasa ribet.... dan keribetan itu sangat luas cakupannya; mulai dari antrian sepanjang ular naga sejak pagi buta, sampai para satpam penjaga pintu yang mentalnya udah kaya penjajah. Demi bisa mencoret kata "luar biasa", cuma ada satu cara:
do not miss a thing!Maka, cerita pun berlanjut ke Jalan Imam Bonjol nomor 74, Jakarta. Kedutaan Besar Thailand, saudara-saudara! Tempatnya agak sepi, boro-boro ada antrian di depan pintu gerbang masuk. Gue pertama kali sampai di tempat ini jam dua siang, dan karena udah bukan waktunya masukin aplikasi visa, gue cuma ngobrol ringan sama para satpam.
To my surprise, satpam-satpam ini bersahabat sekali! Jauuuuuuuuuuuuuuuuh banget bedanya sama yang versi Kedutaan Jerman. Mereka memang sama-sama bukan sumber informasi yang bisa diandalkan ("telepon
hotline aja, Mbak!"), tapi mereka tahu caranya senyum. Waktu gue tanya ke mereka apa gue boleh masuk ke pos jaga di dalam gedung, karena harus ngambil barang berharga dari dalam tas, mereka sama sekali ga keberatan. Bahkan, salah seorang petugas polisi yang ikut jaga di kedutaan sempat
curhat soal betapa arogannya sejumlah kedutaan dalam hal penjagaan keamanan. "Mereka ga mau sehari-hari dijaga sama kita (polisi Indonesia). Kayak yang ga percaya. Tapi kalau ada masalah macam-macam, ngadunya pasti ke kita juga..."
Besoknya, gue dateng tepat jam sembilan pagi. Pelayanan visa Thailand buka setiap hari kerja, jam sembilan pagi sampai dua belas siang untuk masukin aplikasi, dan jam setengah dua siang sampai tiga sore untuk ambil visa yang udah jadi. Bagian konsuler di Kedutaan Besar Thailand ternyata pintunya di sisi kiri pintu utama (yang ada papan nama kedutaannya). Masuknya dari Jalan Pekalongan. Ga ada antrian sama sekali di depan pintu pagarnya. Pas masuk halaman depan pun cuma ada satu satpam, dan ga ada pemeriksaan fisik atau barang bawaan. Maka melengganglah gue masuk ke dalam ruangan yang mirip ruang tamu, cuma bedanya ada loket aja di sisi kirinya. Udah ada satu bapak-bapak bule tua di situ, berdiri di depan loket buat masukin aplikasi. Ealah, si bapak ini sempet-sempetnya bilang ke petugas di loket,
"if I pay extra, can I get my visa tomorrow?". Padahal, pembuatan visa Thailand ini hanya tiga hari kerja! Buat gue, yang pengalaman sebelumnya adalah ngurusin Visa Schengen dengan masa pembuatan sepuluh hari kerja, visa yang di-
apply hari ini dan bisa diambil lusa itu sungguh bisa disyukuri. Untung deh, masih ada sejumlah tempat pelayanan publik di mana ga dikenal istilah "uang pelicin"!
Proses
apply visa-nya sendiri ga ribet. Pertama, gue main dulu ke situsnya Ministry of Foreign Affairs, Kingdom of Thailand. Di
sini, semua informasi terkait persyaratan dokumen untuk visa udah dipajang lengkap, sesuai dengan jenis-jenis visanya.
Untuk
apply visa non-imigran dalam rangka belajar, dokumen-dokumen yang gue bawa adalah paspor,
bukti pemesanan tiket bolak-balik,
acceptance letter dari Chulalongkorn (ga perlu
hard copy surat asli,
print-out dari
soft copy-nya juga oke), surat keterangan mahasiswa (yang menerangkan bahwa gue adalah benar mahasiswaUnpad yang akan mengikuti program ini bla bla bla), plus formulir yang udah diunduh dari internet dan diisi dari rumah (bisa juga didapat dan diisi di tempat, cuma satu lembar kok). Gue bahkan ga butuh dokumen bukti keuangan, padahal udah diurus.
Visa untuk pelajar dengan masa berlaku 90 hari ini harganya 65 dolar (2.000 baht), dan dibayarkan dalam dolar. Keterangan ini ga ada di situs, jadi gue harus keluar kedutaan dan nuker duit dulu di
money changer, yang untungnya
walking distance. Kembaliannya dikasih dalam dolar juga. Visa ini sifatnya
single entry, jadi kalau gue keluar Thailand, visanya bakal otomatis hangus. Kalau mau masuk Thailand lagi, dan tinggal lebih dari masa berlaku visa turis (30 hari), gue harus
apply re-entry permit, yang
harganya beda tergantung visanya
single atau
multiple entry.
Setelah tiga hari kerja, visa gue pun jadilah. Gue dateng jam dua siang, disamperin satpam yang minta tanda bukti pengambilan visa. Pak satpamnya masuk ke ruangan tempat gue
apply visa dua hari sebelumnya, gue diminta nunggu di halaman depan. Ga sampai lima menit, pak satpam muncul lagi dengan paspor gue di tangan. Beda dengan
on arrival tourist visa waktu ke Singapura dan Malaysia, yang gue dapet dalam wujud cap, visa non-imigran ini bentuknya stiker. Warnanya biru muda, ada lambang kerajaan Thailand-nya, ga ada foto si empunya visa, tapi ada keterangan harga visanya... ehehehe.
Setelah memperpanjang masa tinggal di ibukota demi menunggu visa selesai, saatnya pulang! :D