Friday 6 May 2011

perihal wawancara

sebelumnya mohon maaf karena tidak bisa langsung posting. selanjutnya, SELAMAT KEPADA LIMA MAHASISWA INDONESIA YANG MASUK TAHAP WAWANCARA ONE-SEMESTER EXCHANGE SCHOLARSHIP FOR ASEAN STUDENTS 2011! separuh dari total jumlah kandidat, HEBAT! *tepuk tangan



terlepas dari keterlambatan pengumuman yang lagi-lagi terjadi, tapi gue tetap super senang waktu baca sms dari litong di mayday pagi, berisi laporan kabar gembira ini. kalau tahun lalu gue diwawancara pertengahan april, sehabis liburan songkran, para kandidat tahun ini justru baru bakal diwawancara senin depan. mudah-mudahan sih ga perlu waktu lama sampai hasilnya diumumkan, apalagi tahun ini wawancaranya bakal via skype, bukan video chat msn kaya tahun lalu (yang akhirnya berujung pada one-way voice chat via yahoo! messenger karena masalah teknis, padahal gue udah bikin pewawancaranya sampe download software y!m segala, maaf ya james... hehehe).

dulu, waktu kuliah watak (singkatan dari "wawancara cetak") pas semester tiga, dosen gue yang legendaris itu pernah bilang,
"wawancara itu bukan tanya jawab, di mana pewawancara bertanya dan terwawancara menjawab".
rupanya, hal itu berlaku tidak hanya saat gue jadi "wartawan" yang mewawancarai narasumber, tapi juga ketika jadi kandidat penerima beasiswa.

tahun lalu, sebelum hari wawancara tiba, gue udah sibuk mereka-reka pertanyaan yang kira-kira akan dilontarkan, dan merancang jawaban-jawaban. apa yang bakal gue lakukan sebagai mahasiswa pertukaran, apa yang bisa gue kontribusikan buat program tersebut dan lingkungan akademik di sekitarnya, keuntungan apa yang gue harapkan bisa didapat dari program itu dan gue manfaatkan sekembalinya gue ke indonesia, dan lain-lain.

untuk mendapatkan umpan-balik yang konstruktif, gue minta bantuan dua orang, masing-masing pernah mengalami wawancara beasiswa (yang berakhir bahagia). salah satu dari mereka bilang kalau banyak jawaban gue terlalu abstrak dan mengawang-awang. dia kemudian bertanya, apakah gue punya jawaban lain yang lebih konkrit. lalu terpikirlah rencana untuk melakukan penelitian awal buat skripsi dan merintis kerja sama antaruniversitas atau antarfakultas. jawaban-jawaban yang sepertinya sempurna itu pun gue simpan baik-baik dalam hati dan ingatan, tinggal tunggu ditanya saja nanti.

eh, ternyata pertanyaan-pertanyaan yang sudah gue persiapkan jawabannya itu tidak muncul, saudara-saudara pembaca sebangsa dan setanah air! haduhh. pertanyaan yang muncul malah relatif standar, seperti "please tell me about yourself" dan "what subject do you want to take", seperti yang pernah gue ceritakan di sini. begitu gue bilang kalau gue mahasiswa jurnalistik, pembicaraan beralih ke isu-isu jurnalisme seperti wartawan perang, wartawan amplop, pekerja infotainment, hingga ke kerusuhan politik yang saat itu sedang berlangsung di bangkok. dan gue pun gerah, karena meskipun wawancara sudah jadi lebih santai, jawaban yang udah gue siapin ga kunjung punya kesempatan untuk dikemukakan.

pada akhirnya, adalah inisiatif gue untuk bertanya, apakah bisa melakukan penelitian awal untuk skripsi selama program pertukaran. kesempatan itu datang saat pewawancara gue mempersilakan gue untuk bertanya, dan bilang kalau pertanyaan gue ga bakal memengaruhi penilaian dan keputusan akhir. gue juga menanyakan kemungkinan mereka mau buat kerjasama dengan fakultas atau universitas, maka gue kasih juga alamat email dekan fakultas gue.

jikalau gue saat itu setia dengan pakem "wawancara = tanya jawab", mungkin gue bakal misuh-misuh di akhir wawancara, mengingat jawaban yang udah gue siapin batal terpakai karena ditanyakan pun tidak.

maka, moral dari cerita ini adalah: bertanyalah.
tapi ya jangan asal bunyi, jadi persiapkan diri sebaik mungkin dengan riset, minimal googling lah. buka situs resmi program communication management dan universitas chulalongkorn, jangan sampai ga tau chulalongkorn itu (si)apa. cari tahu juga tentang thailand, baik sejarahnya maupun kondisi sosial-politik-budaya di sana saat ini (terutama hal-hal tentang monarki! penting!). ajukan pertanyaan seolah-olah kamu akan menghabiskan separuh tahun ini sebagai mahasiswa pertukaran di sana, misalnya tentang atmosfer kuliah bagi mahasiswa internasional, alih-alih tentang teknis pemberian beasiswa atau tanggal pasti pengumuman penerima beasiswa. jadikan pertanyaan-pertanyaan itu sebagai strategi "jual diri", untuk menunjukkan keistimewaan diri sendiri, sekaligus kelayakan diri untuk dibayari kuliah di luar negeri.

yah, begitulah kira-kira yang bisa gue sampaikan, yaitu beberapa nasihat bagus yang umum (mengutip alastor moody). mohon jangan diukur dari panjangnya, karena ini adalah posting blog dan bukan berita di koran yang dibuat wartawan pada zaman pergerakan kemerdekaan.

terakhirrr nih. godspeed, indonesians! semoga, tahun ini, giliran indonesia yang dapat dua beasiswa! *kepal tangan ke udara