Wednesday 29 February 2012

sarjana segar - bagian 2

halo. di sini puji maharani, sarjana ilmu komunikasi. salam kenal!

setelah bayar uang semesteran dan resmi jadi mahasiswa semester dua belas, untuk kemudian dinyatakan lulus dua minggu sejak perkuliahan dimulai, gue mau berbangga diri sedikit boleh ya. boleh dong ah. kan gue sebenernya efektif kuliah di unpad cuma sepuluh semester, hehehehe.

sebagai mahasiswa jurnalistik fikom unpad, gue perlu melalui serangkaian sidang untuk bisa menjadi seorang sarjana ilmu komunikasi. ada lima sidang: dua sidang job training, masing-masing untuk job training di media massa cetak dan elektronik, sidang usulan masalah alias thesis proposal, sidang komprehensif, dan sidang skripsi. saking banyaknya sidang, kami punya kebiasaan untuk melekatkan gelar "sarjana" bagi mereka yang sudah lulus masing-masing sidang ini, sehingga muncullah istilah "sarjana jobtre", "sarjana usmas", dan "sarjana kompre".

sampai 2011, gelar gue masih sampai tahap "sarjana usmas". gelar "sarjana kompre" baru gue raih empat bulan kemudian, setelah lulus sidang komprehensif tanggal 22 februari 2012. sebagai sarjana kompre, takdir gue adalah menunggu detik-detik sidang skripsi seminggu kemudian, tepatnya 29 februari 2012. sialnya, tahapan menunggu ini tidak bisa gue lalui sebagai waktu luang.

diam-diam, gue punya cita-cita untuk bikin skripsi dalam bahasa inggris. mengapakah? pertama, karena sumber data utama skripsi gue semuanya berbahasa inggris, penggunaan bahasa yang sama dalam penulisan skripsi akan relatif mempermudah alur logika bahasa. kutip-mengutip pun bisa lebih mudah dengan paraphrasing. kalau dilakukan pengalihbahasaan, jadinya gue malah dua kali kerja. kedua, untuk menghormati para informan skripsi, yang gue wawancara di bangkok dalam bahasa inggris, supaya informasi yang udah mereka berikan ke gue kelak bisa gue pertanggungjawabkan, karena toh mereka bisa baca dan paham isi skripsi gue. ketiga, dan yang paling sederhana, because i can!

sayangnya, di kampus gue, cita-cita itu belum memungkinkan untuk dilaksanakan. setidaknya, jurusan dan fakultas mensyaratkan skripsi bahasa indonesia untuk keperluan sidang-sidangan dan ijazah. jadi, kalaupun gue mau cita-cita ini terkabul, gue harus bikin skripsi dalam bahasa indonesia dan inggris. gue tanya sama dosen pembimbing utama, yang juga ketua jurusan, tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada. beliau bisa mengatur supaya gue sidang skripsi dalam bahasa inggris. pun untuk skripsi sebagai syarat sidang kompre, gue cukup menyertakan skripsi versi bahasa indonesia, sehingga masih ada kurang dari seminggu untuk mengalihbahasakan skripsi sampai sebelum sidang. this, however, at the very least, was a mission impossible. how was i supposed to translate a thesis of over two hundred pages in five bloody days?

untungnya, gue udah nerjemahin bab 5 sebelum sidang kompre, jadi tinggal sisa empat bab. gue mulai ngerjain bab 1 pada hari yang sama setelah beres sidang kompre, dan lusanya gue udah bisa lanjut ngerjain bab 4. dengan sisa tiga hari menuju sidang skripsi, gue cuma punya waktu dua hari buat nerjemahin bab 2 dan 3. setelah semua bab selesai diterjemahkan, gue juga harus ngeberesin daftar isinya. karena keterbatasan tenaga dan keinginan, gue memutuskan buat ga nerjemahin kata pengantar, dan langsung meluncur ke tukang fotokopi, ketika sidang skripsi tinggal sepuluh jam lagi. skripsi versi bahasa inggris ini, untungnya, cuma perlu di-copy tiga kali, alih-alih enam kali kaya versi bahasa indonesianya yang jadi syarat sidang kompre. begitu si skripsi selesai, gue serasa pulang bawa bayi baru lahir. hangat (karena baru keluar dari mesin fotokopi), dibungkus kain (karena dimasukin ke tas belanja) dan digendong (karena berat)... hihihi :D


("the baby"!)


sidang skripsi gue berlangsung di tempat yang sama, dengan empat orang peserta yang sama. agak beda sama sidang kompre, sidang skripsi dimulai dengan presentasi skripsi dari para peserta sidang, yang disaksikan oleh baik penguji dan peserta sidang. baru pas sesi tanya-jawab deh peserta sidangnya ditanyain satu-satu. atas restu ibu ketua jurusan, gue presentasi pakai bahasa inggris.

ada lima penguji sidang skripsi, tiga di antaranya penguji sidang kompre gue, yang dua di antaranya adalah pembimbing sidang skripsi gue. selain tiga penguji itu, dua lainnya adalah dosen wali gue dan pembantu dekan bidang kemahasiswaan. sayangnya, dua penguji yang terakhir itu belum datang pas peserta sidang mulai presentasi... jadi sesi tanya-jawabnya dicicil deh. pertama-tama, gue diuji sama tiga dosen: pembimbing utama skripsi, dosen wali, dan pembantu dekan bidang kemahasiswaan. karena bu pembimbing lagi kehabisan suara, beliau ga banyak tanya-tanya. dua penguji lainnya, yang ga sempet nonton presentasi gue, nanya dalam bahasa indonesia. setelah sesi pertama ini, dua penguji lainnya menyusul agak siangan.

pas sesi kedua inilah gue diuji dalam bahasa inggris, dan dicecar perihal macam-macam. soal teori. soal penggunaan public sphere-nya habermas yang dianggap ga maksimal. soal rumusan masalah yang dianggap kaya tugas akhir mahasiswa d3. rasanya skripsi gue teramat sangat dangkal. tapi harapan gue muncul lagi, pas salah satu dosen penguji bilang kalau skripsi gue bakal dipublikasikan. hey, if it is worthy of being publicised, it won't be that bad, no?

setelah semua sesi tanya jawab selesai, waktunya yudisium. jreng jreng jrenggg...


(empat wajah gugup - courtesy of lingga murni)


nama gue disebut kedua dari terakhir. setelah dapat komentar kalau gue "sukses bikin penguji pusing karena harus nerjemahin pertanyaan" dan harus siap-siap "bikin revisi dalam dua bahasa", diumumkanlah kalau nilai skripsi gue... A.


(abang sahala, sang dosen legendaris, diapit empat sarjana segar - dari kamera lingga tapi dijepret sama achie)


beres yudisium, gue baru sadar akan dua hal. pertama, tanggal wisuda gue adanya empat tahun sekali (entah ini berarti tanggal cantik atau justru ribet, hahaha). kedua, setelah baca-baca posting blog lama, ternyata keinginan gue terkabul: gue pengen lulus di bulan februari, bukan pengen wisuda di bulan februari. my... one really needs to be careful on what they wished for, do they not?

0 feedbacks:

Post a Comment