Tuesday 5 October 2010

kuliahnya membosankan?

percakapan ini terjadi setelah bubar kuliah seni pertunjukan, ketika seorang temen sekelas gue tiba-tiba nyamperin gue dan nanya,
si teman sekelas (stm): "menurut lo gimana kuliah-kuliah di sini? boring, right?"
gue: "er... not so much..."
stm: "lo ambil berapa mata kuliah sih?"
gue: "lima."
stm: "kenapa ga ambil empat?"
gue: "sebenernya sih gue bisa ngambil maksimal tujuh..."
stm: "tapi gila aja kalo lo beneran ngambil tujuh, lo bisa mati! hahaha..."

sepanjang jalan pulang, gue ga bisa berhenti bertanya-tanya. emang iya ya, kuliah-kuliah gue membosankan?

mungkin, buat sebagian mahasiswa, kuliah bisa jadi sesuatu yang sangat membosankan sampai mereka lebih milih duduk bergerombol di belakang dan ngerumpi, bahkan kadang-kadang bisa kedengeran sama gue yang duduk di depan. atau kalau kelasnya kecil, kaya kelas seni pertunjukan hari ini, mahasiswa yang ngobrol jadi kaya penyanyi latarnya dosen.

bisa jadi, karena kuliahnya (dianggap) membosankan, sebagian mahasiswa jadi ngerasa ga punya insentif buat datang tepat waktu. mereka masih bisa melenggang masuk kelas dengan bebas, bahkan satu jam setelah kuliah mulai! ini bikin gue kena gegar budaya luarbiasa, karena fenomena semacam itu mustahil terjadi di jurusan jurnalistik fikom unpad. kalau udah terancam terlambat lebih dari lima belas menit, mending pulang sekalian daripada mempermalukan diri di depan pintu kelas karena ditolak masuk.

well, ga ada asap kalau ga ada api. sebagian mahasiswa bisa ngerasa bosan di kelas, dan lebih suka ngobrol atau bbm-an, karena sebagian dosen juga lebih suka ngomong sendiri. masa bodoh mahasiswanya mau dengerin atau ga, yang penting materi udah dibahas, blah blah blah, tuntaslah kewajiban. mungkin, kami-kami yang mahasiswa ini dianggap sudah cukup umur, dus bisa bertingkah cukup bijaksana dan dewasa dalam menjalani detik-detik perkuliahan, jadi ga perlu lagi diperingatkan kalo bikin ribut di kelas.

oke. gue masih belum menjawab pertanyaan utamanya: apakah kuliah-kuliah gue membosankan. hmmm.

dari lima mata kuliah yang gue ambil, semua ada plus minusnya. ada yang dosennya monolog dan masa bodoh sama mahasiswa yang ngerumpi di barisan belakang, yang kuliahnya ga pernah mulai tepat waktu karena dosennya sangat sibuk dan selalu sampai di kelas paling tidak setengah jam kemudian, yang dosennya tiap minggu ganti, yang kalau telat lebih dari sepuluh menit ga dapet nilai kehadiran, yang ruangan kelasnya dingin ampun-ampunan, dan lain-lain.

ya, kadang-kadang, kalau gue lagi ga niat sepenuh hati pengen ngampus, kuliah bisa jadi terasa membosankan... tapi setidaknya gue udah milih semua mata kuliah itu untuk dipelajari semester ini. apalagi, di kampus gue ga bisa milih mau ngambil mata kuliah apa, karena gue jumlah sks yang wajib gue ambil adalah 155, dengan mata kuliah yang udah ditentukan. jadi, ketika punya kesempatan buat pilih-pilih mata kuliah sesuka hati, ya gue pilih lah yang kira-kira seru. apa yang terjadi selanjutnya adalah konsekuensi dari pilihan-pilihan gue, yang sebenernya tinggal dinikmati aja.

you can call me a geek. tapi buat gue, se-membosankan apapun suatu kuliah buat gue, orang lain masih punya hak untuk mengikuti kuliah itu dengan penuh perhatian. makanya, gue paling bete kalo ada mahasiswa ngobrol sampai suara mereka bersahut-sahutan sama penjelasan dosen. kalau bisa sih udah gue timpuk pake bakiak yang suka ada di mesjid buat jadi sandal wudu. bleh. mending situ tidur sekalian deh, kan jadi ga berisik(-berisik amat).

padahal kan kampus gue termasuk universitas yang paling prestisius seantero negeri. hampir semua dosennya punya gelar strata tiga, dan ga sedikit dari mereka yang disapa "doctor" atau "professor". they know what to teach and what they are teaching. singkat kata, mereka termasuk yang "ahli di bidangnya". dan kompetisi yang harus dilalui buat bisa kuliah di sini ketatnya gila-gilaan, rok seragam mahasiswa tingkat empat kalah deh. gue kira, dengan reputasi secemerlang itu, gue ga bakal denger celetukan, "kuliahnya membosankan, ya?"

sepanjang perjalanan pulang, gue baca ulang tugas esai seni pertunjukan yang tadi baru aja dibalikin. nilainya bikin gue separuh-bangga, separuh-bingung.

ah, rasanya gue masih harus banyak belajar bersyukur...

0 feedbacks:

Post a Comment