Tuesday 12 October 2010

chamcuri square: seharusnya versus kenyataannya

chamcuri square sebetulnya adalah salah satu tempat favorit gue di lingkungan universitas chulalongkorn.

pertama, karena chamcuri square inilah shopping mall yang paling deket dari kampus gue, dan bisa ditempuh dengan lima menit jalan kaki. buat anak-anak fakultas ekonomi atau akuntansi malah lebih enak, karena si chamcuri square ini sebelah-sebelahan banget sama mereka. kedua, karena di sini ada tesco lotus, di mana gue bisa beli otak-otak goreng kesukaan gue, untuk kemudian dimakan sebagai makan siang di food court. ketiga, karena food court-nya nyaman banget buat jadi tempat makan sambil belajar, dan ga bakal dikomplain kalau bawa makanan dari luar. keempat, ada dairy queen (dengan eskrim green tea yang harganya 25 baht) dan gerai es gelato yang super enak. kelima, ada stasiun mrt yang terintegrasi, jadi gampang kalau mau ke mana-mana... termasuk ke lumpini park. keenam, karena rasanya gaya aja gitu... chamcuri square kan dibangun di atas tanah milik kampus, jadi secara ga langsung gue bisa bilang kalo kampus gue ga cuma punya gedung-gedung perkuliahan, tapi juga pusat perbelanjaan... hehehe.

chamcuri square ga hanya berisi toko-toko, tapi juga perkantoran dan rumah tumbuh. ini sedikit banyak bikin gue keinget sama feni rose dan tayangan agung sedayu grup di minggu pagi (tiga puluh menit isinya iklan semua, dan paling lambat harus beli hari itu juga karena harga sudah naik esok harinya). kompleks kantor dan residensial yang terintegrasi, bangunan modern di tengah kota, super strategis dan investasi premium dengan nilai yang terus meningkat... intinya: location, location, location (jadi jangan protes kalo harganya mahal ga ketulungan). oke, ini jadi mirip ahmed the dead terrorist juga ternyata.

kalau main ke chamcuri square, gue suka berandai-andai... kalau gue bisa nyewa salah satu apartemen di sana pasti enak banget. mau ke kampus tinggal jalan kaki, mau belanja tinggal turun lift, mau ke stasiun mrt ga usah keluar bangunan. pemandangan malam harinya juga ga jelek-jelek amat. lokasi chamcuri square itu sempurna, terutama buat mereka yang sehari-hari beraktivitas di lingkungan universitas chulalongkorn. tapi gue boro-boro berani ngebayangin harga sewa perbulannya berapa (itupun kalau bisa disewa bulanan). maklumlah, apartemen gue yang sekarang aja sebenernya lebih mirip kamar kost-an. itupun ga mentereng-mentereng amat... dengan biaya sejumlah yang gue keluarkan buat bayar sewa sebulan, di jatinangor gue bisa ngekost paling tidak lima bulan.

baru tadi pagi, di kelas filosofi, gue tau kalau chamcuri square itu seharusnya bukan dibangun sebagai gedung pusat perbelanjaan-slash-kantor-slash-apartemen mahal. instead, pengurus kampus pada masa itu menjanjikan chamcuri square untuk jadi kompleks pemukiman bersubsidi buat pegawai dan dosen kampus bergaji rendah, supaya mereka bisa tinggal dekat kampus dan hemat biaya transportasi. setidaknya, itulah cita-cita peruntukan dibangunnya chamcuri square. dan itu sebelum krisis moneter 1998 (yang ternyata di sini beken dengan istilah tom yam kung crisis). singkat cerita, proyek chamcuri square terbengkalai selama bertahun-tahun akibat krisis. ketika kemudian kontraktor bermaksud memulai ulang proyek ini, mereka diskusi lah sama pengurus kampus yang baru, yang ternyata punya cita-cita yang beda dengan pengurus lama. mereka memutuskan buat bikin shopping mall dan bukan lagi low-cost housing.

jelaslah para pegawai, yang udah nunggu-nunggu proyek low-cost housing itu jadi selama bertahun-tahun, geram bukan main. tapi mereka ga bisa nuntut the new establishment untuk memenuhi janji pengurus lama, karena toh yang bikin janji adalah pengurus lama dan udah lengser. dan chamcuri square, pada kenyataannya, kini berdiri sebagai so-called integrated (yet very very expensive) integrated residential, dan bukan low-cost housing seperti seharusnya.

kalau menurut pembahasan di kelas, pengurus kampus yang baru ini jelas udah melanggar harm principle-nya om john stuart mill. karena, keputusan buat membangun chamcuri square bukan lagi sebagai low-cost housing, adalah sebuah bentuk "harm to others", tepatnya violating an explicit promise.

dua minggu berturut-turut ngomongin apa itu "harm to others", kata "harm" lama-lama bikin telinga gue kram. violating an explicit promise, bikin gue keinget pepatah klasik "janji adalah utang", yang bikin guru agama gue waktu sekolah suka bilang, "kalau ga bisa nyanggupin, mending jangan janji. bilang insya Allah aja..." (dan ini seringkali jadi jalan berkelit buat orang yang ga niat-niat amat memenuhi janji tapi ga mau nolak di awal).

ternyata, buat om mill, janji bukan (sekadar) utang, tapi juga bisa jadi bahaya. violating an explicit promise mungkin ga bisa bikin seseorang menuntut pacarnya, yang udah janji "i will marry you and love you forever" tapi ternyata kabur sama selingkuhannya (kaya minami di long vacation)... tapi di amerika serikat sana, kata si dosen filosofi, seorang anak pernah nuntut orangtuanya sendiri karena ingkar sama janji bayarin anak itu kuliah sampe lulus dan lebih milih melancong keliling dunia.

dan gue tiba-tiba jadi teringat banyak sekali janji...
janji memberantas korupsi, mengatasi macet, mengatasi banjir, melindungi perokok pasif, memperbaiki jalanan bolong, janji memberi sponsor berupa tiket gratis *ehm*...
janji-janji, violating an explicit promise, harm to others... ah, janji-janji tinggal janji itu memang berbahaya. apalagi kalau janji itu begitu eksplisit, dan "sudah seharusnya" menjadi kenyataan.

tadi siang gue ke chamcuri square sepulang kuliah, dalam rangka mampir beli pulsa di 7-11. gue ngebayangin apa jadinya kalau bangunan ini beneran jadi perumahan dosen dan pegawai kampus.
dan sejak siang tadi, gue ga bisa lagi memandang chamcuri square dengan cara yang sama.

0 feedbacks:

Post a Comment